Lhokseumawe | Visi.com - Juwaini (35), Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan Partai Nasional Aceh
(DPK PNA) Kutamakmur, Aceh Utara, tewas setelah dianiaya dua pria
bersepeda motor di kawasan Desa Lam Kuta, kecamatan setempat, Kamis
(6/2) sekitar pukul 01.30 WIB. Kedua pelaku disebut-sebut kader partai
lokal di kawasan itu, namun pihak partai menduga pelakunya justru
simpatisan, bukan kader mereka.
Pihak keluarga baru mengetahui
korban sudah tak lagi bernyawa ketika tiba di Rumah Sakit Palang Merah
Indonesia (PMI) Aceh Utara di Kota Lhokseumawe pada pukul 05.00 WIB.
Lalu jasad korban dibawa ke RSU Cut Meutia Aceh Utara untuk divisum.
Usai
divisum, jenazah korban dibawa ke rumah istri pertamanya di Desa
Ceumeucet, Kecamatan Kutamakmur. Amatan Serambi kemarin, puluhan warga,
termasuk sejumlah pengurus PNA, memadati rumah duka.
Ketua DPW
PNA Aceh Utara, Misbahul Munir yang ditanyai Serambi di rumah duka
menyebutkan, kasus tewasnya Juwaini berawal ketika ayah enam anak itu
hendak pulang dari warung kopi yang tak jauh dari rumahnya istri
keduanya di Desa Lam Kuta.
Tiba-tiba ke warung itu datang dua
pria mengendarai sepeda motor (sepmor) jenis RX King dan langsung
memintanya untuk berdiri. Saat itu Juwaini sedang duduk dengan temannya,
Bakhtiar. Tapi begitu Juwaini diperintah berdiri, Bakhtiar langsung
lari. Tinggallah Juwaini sendirian bersama pemilik warung.
“Dari
jauh Bakhtiar menyaksikan dua pria yang naik sepeda motor itu memukul
Juwaini. Mereka juga sempat adu mulut. Tapi Bakhtiar tidak tahu pasti
apa yang mereka sampaikan. Yang jelas, pelakunya preman piaraan Partai
Aceh. Bakhtiar dan saya kenal pelakunya,” ungkap Misbahul Munir.
Masih
menurut Misbahul, karena tak tahan lagi dikeroyok, korban akhirnya lari
dan menghubungi dirinya via handphone sekitar pukul 02.30 WIB. Korban
minta diantar ke rumah sakit. “Tapi pada malam kejadian jaringan HP
terganggu, sehingga baru sekitar pukul 03.00 WIB korban baru bisa saya
bawa ke Rumah Sakit PMI Lhokseumawe. Namun, setiba di rumah sakit korban
mengembuskan napas terakhir,” kata Misbahul.
Sempat melihat tubuh
korban, Misbahul menyatakan di tubuh dan kepala korban terdapat luka
gores. Lalu jasad korban dibawa ke rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh
Utara untuk divisum. Setelah itu baru dibawa pulang ke rumah duka untuk
dikebumikan.
Ia menduga, kasus seperti itu terjadi lagi karena
kasus-kasus yang menimpa kader PNA selama ini tidak diusut tuntas.
“Sudah banyak kasus yang kita lapor ke polisi, tapi tak ada yang
terungkap. Jika ini terus dibiarkan oleh aparat penegak hukum, maka akan
berdampak buruk nantinya terhadap keamanan daerah menjelang pemilu,”
katanya.
Misbahul mendesak supaya polisi mengusut tuntas kasus ini
supaya tak terulang lagi ke depan, apalagi polisi sudah mengetahui nama
kedua pelaku. “Sudah cukuplah satu korban, kita berharap polisi tidak
tinggal diam lagi,” Misbahul berharap.
Sampai jenazah korban
dikebumikan kemarin siang, belum jelas apa sebab dua pria bersepeda
motor itu mendatangani Juwaini di warung kopi, menyuruhnya berdiri,
kemudian memukulnya. Sebuah sumber menduga, kasus itu ada kaitan dengan
diturunkannya bendera PA di kawasan itu beberapa jam sebelumnya. | Sumber Serambi